Jumat, 01 Mei 2009
Yogyakarta - World Health Organization (WHO) mengakui belum mengetahui asal muasal munculnya virus flu babi di Meksiko. Ada kemungkinan besar, virus flu babi yang sudah menular dari orang ke orang di Meksiko itu, merupakan campuran virus yang berasal dari manusia, babi dan unggas.
Hal itu diungkapkan para virologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D, di ruang seminar biotek, Gedung Pusat Antar Universitas (PAU), UGM, jumat (1/5/2009)
"Sampai kemarin, kasus epidemi pada orang ini tidak diawali kasus serupa pada babi, tidak ada virus serupa yang bisa diisolasi dari babi maupun hewan lain," katanya.
Menurut dia kasus di mexico penyebabnya bukan berasal dari babi, karena tidak diketemukan babi yang terjangkiti virus tersebut. Bahkan kasus kematian flu babi di Meksiko, tidak diawali kasus influenza pada babi. Widya mensinyalir kemungkinan besar virus flu babi yang sudah menular dari orang ke orang di Meksiko ini, merupakan campuran dari informasi genetik dari virus berasal dari manusia, babi dan unggas.
"Kebetulan yang sekarang ini ada di manusia, informasi genetik di virus ada asalnya dari orang, babi dan unggas. Campuran dari Amerika utara, Eropa dan Asia, jadi virus ini merupakan koalisi baru," kata guru besar Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH) itu.
Dia juga menepis informasi yang beredar selama ini bahwa flu babi merupakan virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 yang diklaim virus babi, dikarenakan keberhasilan mengisolasi virus pada tahun 1930 yang dilakukan pada babi.
"Di Meksiko diklaim itu virus flu asal dari babi, diperkuat lagi dari kasus di Amerika. Sehingga menguatkan pada virus H1N1 itu dari babi," paparnya.
Meski virus tersebut merupakan capuran dari kelompok virus H1N1 pada manusia, babi, dan unggas. Menurut dia, kemungkinan besar bisa berpotensi menimbulkan koalisi virus baru yang berasal dari kuda, kucing, dan anjing yang memiliki virus influenza H1N1. Meski untuk sementara ini, virus flu babi di Meksiko ini campuran dari ketiga virus manusia, unggas dan babi ini.
Dia mengatakan kemungkinan memang selalu ada untuk koalisi lebih besar lagi, karena sifat virus influenza selalu berubah. Oleh karena itu, harus selalu waspada jangan sampai virus orang berpindah ke babi, virus ayam ke babi, ayam ke orang, babi ke orang. "Akibatnya muncul individu-individu sebagai tempat untuk bercampur virus dengan satu sama lain," ungkap dia.
Ia pun menyarankan agar orang yang sedang terkena flu tidak mendatangi peternakan babi. Apalagi di peternakan babi ada gelaja influenza, perlakuan yang sama juga diterapkan di peternakan ayam.
"Kalo mereka saling berdekatan maka akan saling berkoalisi," katanya.
Widya juga sempat menyarankan agar pemerintah tidak gegabah untuk melakukan pemeriksaan langsung ke semua populasi babi di seluruh Indonesia. Karena hanya akan memboroskan anggran semata.
“Yang jelas kita jangan gegabah dengan keberadaan babi di Indonesia, mau dimusnahkan atau diapakan, meski masalah ini cukup sensitif karena erat kaitannya dengan anggaran, " katanya.
Dia menyarankan pemerintah tidak perlu melakukan survei massif terhadap keberadaan populasi babi. Bila jumlah babi di Indonesia diperkirakan sekitar 7-9 juta, akan menghabis dana yang besar untuk pemeriksaan itu. Padahal dalam penanganan virus flu babi tidak mendesak ke arah itu.
"Saya kira tidak perlu pemeriksaaan secara massif ke seluruh babi, wong virus itu ada di orang di Meksiko. Kita hanya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap peternakan babi sama dengan kewaspadaan peternakan unggas selama mewabahnya virus flu burung," pungkas Widya.
(bgs/djo)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Hal itu diungkapkan para virologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D, di ruang seminar biotek, Gedung Pusat Antar Universitas (PAU), UGM, jumat (1/5/2009)
"Sampai kemarin, kasus epidemi pada orang ini tidak diawali kasus serupa pada babi, tidak ada virus serupa yang bisa diisolasi dari babi maupun hewan lain," katanya.
Menurut dia kasus di mexico penyebabnya bukan berasal dari babi, karena tidak diketemukan babi yang terjangkiti virus tersebut. Bahkan kasus kematian flu babi di Meksiko, tidak diawali kasus influenza pada babi. Widya mensinyalir kemungkinan besar virus flu babi yang sudah menular dari orang ke orang di Meksiko ini, merupakan campuran dari informasi genetik dari virus berasal dari manusia, babi dan unggas.
"Kebetulan yang sekarang ini ada di manusia, informasi genetik di virus ada asalnya dari orang, babi dan unggas. Campuran dari Amerika utara, Eropa dan Asia, jadi virus ini merupakan koalisi baru," kata guru besar Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH) itu.
Dia juga menepis informasi yang beredar selama ini bahwa flu babi merupakan virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 yang diklaim virus babi, dikarenakan keberhasilan mengisolasi virus pada tahun 1930 yang dilakukan pada babi.
"Di Meksiko diklaim itu virus flu asal dari babi, diperkuat lagi dari kasus di Amerika. Sehingga menguatkan pada virus H1N1 itu dari babi," paparnya.
Meski virus tersebut merupakan capuran dari kelompok virus H1N1 pada manusia, babi, dan unggas. Menurut dia, kemungkinan besar bisa berpotensi menimbulkan koalisi virus baru yang berasal dari kuda, kucing, dan anjing yang memiliki virus influenza H1N1. Meski untuk sementara ini, virus flu babi di Meksiko ini campuran dari ketiga virus manusia, unggas dan babi ini.
Dia mengatakan kemungkinan memang selalu ada untuk koalisi lebih besar lagi, karena sifat virus influenza selalu berubah. Oleh karena itu, harus selalu waspada jangan sampai virus orang berpindah ke babi, virus ayam ke babi, ayam ke orang, babi ke orang. "Akibatnya muncul individu-individu sebagai tempat untuk bercampur virus dengan satu sama lain," ungkap dia.
Ia pun menyarankan agar orang yang sedang terkena flu tidak mendatangi peternakan babi. Apalagi di peternakan babi ada gelaja influenza, perlakuan yang sama juga diterapkan di peternakan ayam.
"Kalo mereka saling berdekatan maka akan saling berkoalisi," katanya.
Widya juga sempat menyarankan agar pemerintah tidak gegabah untuk melakukan pemeriksaan langsung ke semua populasi babi di seluruh Indonesia. Karena hanya akan memboroskan anggran semata.
“Yang jelas kita jangan gegabah dengan keberadaan babi di Indonesia, mau dimusnahkan atau diapakan, meski masalah ini cukup sensitif karena erat kaitannya dengan anggaran, " katanya.
Dia menyarankan pemerintah tidak perlu melakukan survei massif terhadap keberadaan populasi babi. Bila jumlah babi di Indonesia diperkirakan sekitar 7-9 juta, akan menghabis dana yang besar untuk pemeriksaan itu. Padahal dalam penanganan virus flu babi tidak mendesak ke arah itu.
"Saya kira tidak perlu pemeriksaaan secara massif ke seluruh babi, wong virus itu ada di orang di Meksiko. Kita hanya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap peternakan babi sama dengan kewaspadaan peternakan unggas selama mewabahnya virus flu burung," pungkas Widya.
(bgs/djo)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Rabu, 29 April 2009
KREATIVITAS
Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Rabu, 02 April 2008
Benarkah cinta itu menyakitkan?
Setiap orang mempunyai makna cinta yang tersendiri. Ada yang kata, cinta itu menyakitkan dan jangan kau hampirinya. Tetapi, ada juga yang kata, cinta itu mengasyikkan sehingga kau akan terbawa-bawa dengan ombak asmaranya. Dan ada juga yang kata, cinta itu indah dan tiada ungkapan yang dapat menyatakan maksud cinta yang sebenar.
Bagi yang mengatakan bahawa cinta itu menyakitkan, ianya memang benar. Walau sepadan mana pun sepasang kekasih itu, akan ada juga masalah yang timbul. Ianya boleh diibaratkan, langit tak semestinya sentiasa cerah. Dalam berkapel ini, kita memang tidak boleh lari dari masalah. Bahkan, kita sendiri yang perlu menghadapinya dan juga menyelesaikan masalah tersebut.
Kesakitan cinta ini makin terasa ngilunya apabila sebuah pasangan itu hancur musnah. Apa yang dijanjikan selama ini, menjadi dusta belaka. Ketika baru sahaja clash, semuanya menjadi tak kena. Semuanya dipersalahkan. Itu tak betul, ini tak betul. Terasa diri ini dihimpit oleh sebuah keretapi dan tiada siapa yang ingin menolong.
Jadi, sekiranya anda ingin bercinta dengan seseorang, ingatlah. Cinta ini tak semuanya indah. Dan anda perlu bersedia untuk menghadapi sebarang kemungkinan yang berlaku. Yang pasti, dalam percintaan akan ada pasang surutnya perhubungan. Cuma kita tidak tahu, bila ia akan berlaku. Mungkin hari ini, esok, lusa dan bila-bila masa.
Langganan:
Postingan (Atom)